Tadabbur Al Qur'an: Bagaimana Manusia Belajar ? (part 2)

Proses pembelajaran pertama yang terjadi kepada manusia secara implisit bisa kita lihat dari surat AL Baqarah ayat 31 terutama pada kalimat "a'allama adam al asmaa kullaha". Dari kalimat ini bisa kita pahami bahwa ada proses pembelajaran (wa'allamah) kepada nabi Adam dengan materi pembelajaran berupa al asmaa kullaha. Fokus kita pada pembahasan ini adalah pada penggalian proses wa'allama untuk mencoba mencari metode terbaik yang mungkin bisa kita aplikasikan untuk mengajar anak didik kita.

Merujuk kepada beberapa tafsir terkait ayat ini, sedikit sekali ulama yang membahas secara komprehensif tentang bagaimana Allah mengajarkan materi asmaa kullaha kepada nabi Adam. Sebagian besar dari ahli tafsir lebih banyak berbicara tentang maksud dari asmaa. Diantara ulama yang menjelaskan makna wa'alama adam adalah Syekh Jalaluddin dalam kitab tafsir beliau yang terkenal yaitu tafsir Jalalain. Menurut beliau, wa'alama adam bermakna bahwa Allah memberikan langsung pemahaman nama-nama benda ke dalam hati Adam. Dalam tafsir Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, Imam Al-Baidhawi mengatakan bahwa kata  wa'alama bisa dimaknai sebagai mengilhamkan (petunjuk Tuhan yang timbul di hati, lihat KBBI). Dari dua keterangan ini, kita bisa mengetahui bahwa pembelajaran yang terjadi kepada nabi adam adalah sebuah proses yang melibatkan hati. Metode pelibatan hati inilah yang saya sebut dengan metode qolbi

Fakta bahwa Allah memberikan pengajaran dengan pelibatan hati di dalam prosesnya adalah satu hal yang sangat menarik karena sebagian besar ahli berpendapat bahwa proses belajar lebih dominan menggunakan akal (cognitive) pikiran manusia daripada hati. Bahkan, sudah menjadi kesadaran umum bahwa orang yang dikatakan pintar adalah mereka yang mempunyai IQ (kemampuan akal untuk berpikir, pen) yang tinggi.

Jika kita cermati lagi keseluruhan dari cerita yang melatarbelakangi ayat ini, proses wa'allama ini terjadi karena keraguan malaikat akan kemampuan manusia sebagai kholifah di bumi. Para malaikat tahu betul bagaimana potensi kerusakan yang bisa ditimbulkan oleh makhluk yang disebut manusia ini. Sebagai jawaban atas keraguan malaikat tersebut, Allah mengajarkan ilmu tentang bagaimana mengelola Bumi dengan baik dan benar (asmaa kullaha). Allah dengan sifat maha mengetahui yang dimiliki, memilih untuk menanamkan pengetahuan  asmaa kullaha yang maha penting ini ke dalam hati Nabi adam dan bukan ke dalam akal pikiran beliau. Dari sini kita bisa berfikir, mungkin saja proses belajar yang melibatkan hati inilah yang bisa melahirkan manusia khalifah sesuai kehendak Allah. Dengan menyandingkan hati dan ilmu maka manusia bisa mengerti mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang merusak dan mana yang melestarikan. Tidak heran, jika kemudian malaikat bersujud atas perintah Allah setelah mengetahui bagaimana ilmu Allah yang diikat di dalam hati manusia bisa begitu istimewa dan luarbiasa. Wallohu a'lamu bisshowab. (ars)